Dianggap Kurang Menguntungkan, Petani Gabah Hijrah Menjadi Pekebun Sawit


KaltengBersuara, Sampit- Para petani padi yang berada di kawasan Selatan Kotim, mengaku banyak yang beralih ke perkebunan kelapa sawit karena dianggap lebih menguntungkan dibandingkan dengan mengelola tanaman padi yang selama ini menjadi ikon khas kawasan selatan Kotim.
Di kawasan selatan yang mencakup sejumlah kecamatan seperti kecamatan Mentaya Hilir Utara, Mentaya Hilir Selatan, Pulau Hanaut dan Teluk Sampit, secara perlahan beberapa tahun terakhir mengubah wajahnya dari yang semula sebagai “lumbung pangan” Kotim, kini menjadi kawasan perkebunan kelapa sawit milik perseorangan.
Kendati masih dalam skala kecil namun makin banyak para pemilik sawah yang mengalihkan lahannya menjadi lahan sawit sawit. Sejumlah pemilik lahan beralasan komoditi kelapa sawit lebih menjadikan masa depan daripada tanaman padi, mengingat harga gabah yang masih rendah dan pasaran beras yang menjanjikan.
Kades Basirih Hulu, kecamatan Mentaya Hilir Selatan, Nuryadi, mengungkapkan warga desa setempat banyak yang membuka lahan kebun sawit di samping sawah yang mereka kelola sejak lama. “Sudah banyak lahan yang dipakai warga untuk kebun sawit swadaya karena alasan secara ekonomis lebih stabil dibanding sawah, ” katanya, Jumat (22/8).
Kendati demikian para petani sawit diakuinya kesulitan mendapatkan bantuan bibit dan pupuk dari pemerintah karena daerah tersebut merupakan kawasan pangan sesuai ketetapan oleh pemerintah daerah. Kawasan pangan berarti lebih diperioritaskan kan sebagai lahan pertanian, bukan perkebunan. (Nafiri Rakhmatullah)