Cakwe, Kue Khas Tionghoa Dengan Rasa Sederhana Tapi Banyak Penggemar


KaltengBersuara.com, Sampit – Street food (kuliner jalanan) yang satu ini memang tidak semua sudut kota bisa terlihat diperdagangkan. Tak sama dengan kue jenis gorengan lain, kue untuk-untuk dan sebagainya, kuliner ini jumlah pedagangnya bisa dihitung dengan jari. Itupun terkadang bisa berpindah dari satu tempat ke tempat lain.
Dengan rasa yang sederhana dan hampir tanpa aroma yang khas, namun sejumlah penggemar kue cakwe di kota Sampit mengaku “ketagihan” untuk mengkonsumsi penganan yang satu ini.
“Rasanya agak asin, ada gurihnya perpaduan susu dan mentega, tapi bikin ketagihan jika sering mengkonsumsinya,” kata Yeni salah seorang penggemar kue cakwe. Kendati tidak setiap hari membeli penganan itu, namun rasa khasnya yang sederhana membuat penganan yang satu ini tidak mudah bosan untuk dikonsumsi. Biasanya kue ini dikonsumsi menggunakan sambal khusus.
Investigasi media ini, jumlah penjual kue cakwe sangat terbatas, namun ketika ada lapak yang membuka penjualan kue yang satu ini terlihat banyak diserbu pembeli. Salah satu ciri khas pedagang kue ini adalah mereka berupaya menyajikan kue dalam kondisi panas.
“Tak semua adonan kita goreng, tapi disimpan dahulu baru digoreng setelah mulai banyak pembeli, ini untuk menjaga agar hidangan tetap panas,” kata salah seorang pedagang kue cakwe di jalan Panjaitan.
Dibandrol dengan harga Rp 2.000,-/biji, kue cakwe yang baru digoreng cepat habis diserbu. “Mungkin salah satu sebabnya karena penjualnya terbatas dan membuat resep kue cakwe yang orisinal tak semua pembuat kue bisa,” katanya.
Pedagang tersebut mengungkapkan rata-rata dalam sehari bisa menghabiskan 5 kilogram tepung, dan terjual ratusan butir. Atau ada pihak tertentu yang sengaja melakukan pesanan sehingga cepaf terjual habis. “Ini aselinya adalah kue bawaan dan bikinan pedagang Tionghoa pada zaman dulunya, tapi sekarang cara bikinnya sudah banyak yang bisa. Beberapa ada memang warga keturunan Tionghoa yang memproduksinya, tapi sekarang warga local dan suku Jawa juga mulai ada yang bisa membuatnya,” lanjut pedagang tersebut. (nafiri rakhmatullah).