Wacana Relokasi Buaya Sebagai Aset Ekowisata Akankah Berhasil?


Fenomena buaya, baik kemunculannya maupun kasus serangannya kepada manusia seakan sudah menjadi makanan warga Kotawaringin Timur sehari-hari.
Insiden serangan buaya telah menjadi momok menakutkan bagi warga, kendati aktifitas di sungai bagi warga yang berada di tepinya tetap menjadi tradisi yang tak bisa dihilangkan.
Tercatat sejak tahun 2010 sudah belasan warga yang menjadi korban serangan predator air itu. Sebagian hilang atau meninggal dunia, sebagian mengalami luka parah.
Di tengah upaya warga secara swadaya untuk memerangi teror buaya, muncul hambatan lain. Warga dihadapkan pada momok berupa peraturan , bahwa buaya adalah hewan yang dilindungi Undang-undang. Sehingga tak bisa sembarangan warga menghabisi pemakan daging tersebut jika ditemukan.
Di sisi lain upaya mengamankan warga dari ancaman buaya tidaklah optimal karena terkendala anggaran yang sangat terbatas.
Belakangan muncul wacana pemerintah daerah untuk mengubah stigma “angker” buaya menjadi semacam “paket wisata” dimana secara teknis buaya akan direlokasi dan kawasan itu dijadikan wahana wisata alam liar habitat buaya.
“Pemkab berencana akan membangun kawasan Pulau Hanibung di desa Camba, kecamatan Kota Besi sebagai kawasan ekowisata sekaligus tempat relokasi buaya yang diambil dari daerah selatan yang merupakan jabatan buaya, ” kata salah seorang petinggi di lingkup pemkab Kotim.
Wacana tersebut mendapat tanggapan beragam. Ada yang meragukan apakah semudah itu ijin pemerintah pusat dikeluarkan untuk mengola buaya sebagai aset wisata? Ditambah lagi dengan anggaran yang begitu besar sekitar 200 milyar rupiah.
Wacana ini menjadi kontroversi. Di satu sisi bisa menjadi salah satu solusi ketakutan warga akan teror buaya, namun di sisi lain penggeloran anggaran sebesar itu diragukan efektivitasnya mengingat pulau Hanibung adalah kawasan yang cukup jauh dari kota. Apakah efektif menghasilkan PAD sebagai kunjungan wisata atau hanya membuang-buang anggaran, yang ujungnya akan menjadi proyek mati seperti yang sudah-sudah?
Yang terpenting saat ini adalah meningkatkan kesadaran masyarakat di sekitar sungai akan pentingnya kewaspadaan terhadap potensi serangan dengan mengikuti petunjuk yang ada.